Logo Horizontal

Bahaya dari Self-Diagnosed yang Biasa Dilakukan

Artikel / Perspektif Penyintas11 Okt 2023-2 min read
Bahaya dari Self-Diagnosed yang Biasa Dilakukan hero image

Gue pernah self-diagnosed dan akibatnya buruk. Karena kurangnya awareness after gue dirawat di RSJ (2017) , gue banyak baca tentang skizofrenia karena dirasa gejalanya mirip. Artikel demi artikel, jurnal demi jurnal gue telusuri dan dengan keyakinan yang penuh, tanpa bantuan dan konsultasi dengan siapapun, gue mendiagnosa diri gue seorang skizofren.


Akibatnya, apa yang terjadi? Tidak ada kemajuan selama kurang lebih dua tahun tersebut. Bisa bayangin-kah hidup dengan ketidaktahuan dan treatment yang keliru? Tidur kurang karena tidak bisa mengontrol fase manic dengan baik, impulsif terhadap banyak hal yang mungkin kalau dihitung-hitung ruginya cukup besar, anxious yang ngga perlu sudah menjadi makanan sehari-hari gue.


Awal mulanya takut dan ragu, tapi di suatu titik, muncul keberanian dan panggilan yang akhirnya gue memberanikan diri ke Rumah Sakit Jiwa tempat gue dulu dirawat dan akhirnya tau diagnosed gue yang sesungguhnya: Bipolar Tipe 1 dengan Psikotik Episode. Gue dirujuk untuk rutin konsultasi dan mengonsumsi obat-obatan untuk mengontrol mood gue agar stabil. Di treatment dengan benar, coping yang dilakukan sesuai, medication lebih proper, membuat gue jauh lebih bisa mengenal diri mengotrol jiwa.


Ada penyesalan yang gue rasakan karena terlambat sadar untuk cari tau diri dan bantuan lebih cepat, tapi lebih baik terlambat daripaeda tidak sama sekali. Jadi, stop self-diagnosed ! kamu bisa akses ke psikolog dan psikiater jauh lebih mudah saat ini baik online maupun offline konsultasi.